Senin, 08 Agustus 2011

PROFIL SEKOLAH


1 Nama Sekolah : SMP MATHLA'UL HUDA



Alamat (Jalan/Desa/Kecamatan) : Jl. Pasar Bolang Jenggot / Sidoko / Gunung Kaler Kab. Tangerang

              Kab/Kota, No. Telp/HP : Kab. Tangerang  (021) 59390352 / HP.0815 868 555 61
2 Nama Yayasan : YPI Mathla'ul Huda





Alamat Yayasan & No.Telp : Jl. Pasar Bolang Jenggot Paridan Sidoko-Gunungkaler
3 NSS / NPSN : 202280314003 / 20603571



4 Jenjang Akriditasi : Terakriditas C




5 Tahun Didirikan/Th.Beroperasi : 2001  / 2001




6 Kepemilikan Tanah (swasta) : Pemerintah/ Yayasan /Pribadi /Menyewa /Menumpang

Luas Tanah/ Status Tanah : 7.500 M2 / SHM/HGB/Hak Pakai/Akte Jual Beli/Hibah/Wakaf*)
7 Status Bangunan : Pemerintah/ Yayasan /Pribadi /Menyewa /Menumpang

a. Surat Izin Bangunan : No. 009.111.86030 / 208




b. Luas Seluruh Bangunan : 504 ..m2





8 No.Rekening Rutin Sekolah : 4861-01-011873-53-5 , Nama Bank. BRI Unit Kronjo , Cabang Tangerang












9 Data Siswa Dalam 3 (Tiga) Tahun Terakhir







Th.Ajaran Jml Pendaftar (Cln Siswa Baru) Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah                                    (Kls I+II+III)

Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Siswa Rombongan Belajar



Tahun 2008/2009   117 Org 114 Org 3 Rbl 103 Org 3 Rbl 86 Org 2 Rbl 303 Org 8 Rbl

Tahun 2009/2010   135 Org 133 Org 4 Rbl 108 Org 3 Rbl 97 Org 3 Rbl 338 Org 10 Rbl

Tahun 2010/2011 154 Org 152 Org 4 Rbl 133 Org 4 Rbl 104 Org 3 Rbl 389 Org 12 Rbl

                   












10 a. Data Ruang Kelas








  Jumlah Ruang Kelas Asli (d) Jumlah ruang lain yang digunakan untuk ruang Kelas                                          (e) Jumlah Ruang Yang   digunakan untuk ruang kelas                       f=(d+e)

Ukuran     9x9 m2      (a) Ukuran >63 m2 (b) Ukuran <63 m2 .(c) Jumlah d=(a+b +c)

Ruang Kelas 8 - - 8 Jumlah  : 4 Ruang 12

Yaitu : MI/ Madrasah

 
 

     













b. Data Ruang Lainya








Jenis Ruang Jumlah Ukuran (m2) Jenis Ruang Jumlah Ukuran (m2)

1. Perpustakaan - ……..x…….. 4. Lab. IPA   -   9 x 15

2. Keterampilan - ……..x…….. 5. Lab. Bahasa   - ……..x……..

3. Ruang Guru - ……..x…….. 6. Lab. Komputer   - ……..x……..

           












11 Data Guru










Jumlah Guru / Staf Bagi SMP Negeri Bagi SMP Swasta Keterangan

Guru Tetap Yayasan  - 28 Org Yayasan

Guru Tidak Tetap/Guru Bantu - - -

Guru PNS Dipekerjakan (DPK) - - -

Staf Tata Usaha - 4 Org -





















Tangerang, 22 Juli 2011









Kepala Sekolah























































KHAMIM, S.H, S.Pd







NIP.

Senin, 01 Agustus 2011

Apa Beda ANIMASI dan KARTUN?

Animasi berasal dari animate yang berarti menghidupkan, memberi jiwa dan menggerakkan benda mati. Jadi yang dimaksud film animasi adalah film yang berupa gambar yang seolah-olah hidup dan bergerak.

Keberadaan animasi berkat penemuan Paul Rogest (dari Perancis). Ia menemukan thaumatrope. Thaumatrope adalah semacam alat berupa piringan bundar dengan tali di kedua sisinya. Satu permukaan piringan itu bergambar burung, di permukaan sebaliknya ada gambar sangkar kosong. Kalau piringan itu diputar, akan tampak gambar seolah-olah burung itu berada di dalam sangkar.

Kini animasi telah berkembang menjadi beberapa jenis:
- dua dimensi (2D),
- tiga dimensi (3 D), dan
- animasi clay.

2 D
- akrab dengan kita,
- biasa disebut dengan film kartun.

Kartun berasal dari cartoon, artinya gambar yang lucu. Kebanyakan film karton adalah film yang lucu. kebanyakan yang populer adalah film-film Disney. Namun bapak animasi kartun bukan Walt Disney, melainkan Winsor McCay. Beliau yang membuat kartun berjudul Gertie the Dinosaur (1914).

3D
- atau computer generated image (CGI)
- menghasilkan film animasi yang gambarnya benar-benar seperti hidup dari tiga dimesni, tak sekedar datar.
- studio CGI yang terbesar adalah Pixar yang ada di Emeryville-California.

animasi clay
- jarang kita dengar,
- sebenarnya merupakan nenek moyangnya animasi karena animasi pertama yang dalam bentuk clay.
- Meski namanya clay (tanah liat), yang dipakai bukan tanah liat biasa.
- animasi clay memakai plasticine, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan tahun 1897.
- Tokohnya dibuat dengan memakai rangka khusus untuk kerangka tubuhnyaa. Kemudian kerangka ini ditutup dengan plasticine sesuai bentuk tokoh yang ingin dibuat. Bagian-bagian tubuh kerangka ini, seperti tngan, kaki, bisa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokohnya siap, kemudian difoto gerakkan per gerakan. Baru setelah itu, foto-foto digabung menjadi gambar yang bisa bergerak, seperti yang kita tonton di film.
- pertama kali dirilis bulan Februari 1908. berjudul A Sculptor's Welsh Rarebit Nightmare.

Kebanyakan film-film kartun merupakan produksi Amerika, namun Jepang pun tak kalah memproduksi anime, sebutan khusus untuk fim animasi Jepang. Tidak semua anime ditujukan untuk anak-anak.

Anime juga terdiri dari beberapa jenis. Yang membedakan bukan cara pembuatannya, melainkan formatnya.
- serial televisi, OVA dan
- film bioskop.

Studio Ghibli, banyak memproduksi anime. Salah satu yang kita kini kita kenal adalah Doraemon. Film-film bagus banyak diproduksi, dan ditonton untuk segala usia. Studio Ghibli ini seperti Disney-nya Jepang.

Kita kenal juga Riginal Video Animation. Ia adalah animasi yang beredar dalam bentuk video dan ceritanya tidak sama dengan anime yang di serial televisi. Biasanya berupa cerita tambahan dari serial yang diputar di televisi.

Animsi di negri kita. Di tahun 1980-an ada film animasi Si Huma, merupakan serial televisi yang menjadi favorit anak-anak pada jamannya.

Kini, animasi mulai berkembang dengan banyaknya studio-studio animasi. Kebanyakan adalah 3D (CGI) karena cara pembuatannya lebih mudah. Hanya bermodal komputer dan tidak harus memiliki keahlian menggambar. Sedangkan animasi clay peralatannya mahal sekali dan pembuatannya lebih rumit daripada animasi 2D maupun 3D.

Kini paham bukan perbedaan antara animasi, kartun dan anime? Lebih suka yang mana Anda?
Ilmu Teknologi Pendidikan

"Perbedaan Pendidikan Ilmu Komputer dengan Pendidikan Guru TIK"
(Re: R Indra Firmansyah)
R Indra Firmansyah;
pak..
apa sih perbedaan Pendidikan Ilmu komputer dengan Pendidikan guru TIK ?
terima kasih sebelumnya

Phillip Rekdale;
Terima kasih, saya hanya dapat menyampaikan interpretasi saya sendiri, mungkin interpretasi di lembaga di sini lain.

Re: Pendidikan Ilmu Komputer: Pendidikan mengenai teknologi dan applikasinya, bukan mengenai cara melaksanakan pembelajaran kurikulum TIK yang paling efektif.

Yang sering menjadi masalah adalah yang ahli teknologi belum tentu dapat menyampaikan ilmunya secara efektif. Ini sering sekali menjadi di perguruan tinggi di luar negeri. Kalau ingin menjadi guru di sekolah anda harus membuktikan bahwa anda sudah lulus kursus "jurusan metodologi dan praktek pendidikan" dulu di Departemen Pendidikan.

Tetapi kalau anda ingin menjadi dosen di perguruan tinggi sering sekali itu ijasa yang dinilaikan saja dan belum tentu dosennya mempunyai kemampuan mengajar secara efektif sama sekali. Di luar negeri saya sering mendengar mahasiswa bilang "They learned in spite of their lecturer" Maksudnya mereka sudah belajar, walapun dosennya tidak kompeten. Satau lagi: If you can, do.., If you can't, teach... If you can't teach, become a lecturer... Maksudnya 'kalau anda pintar bisnis melakukan... Kalau anda pintar teori bisnis tetapi tidak bisa berhasil, mengajar bisnis... Kalau anda pintar teori bisnis tetapi tidak dapat berhasil atau mengajar, menjadi dosen.... :-)

Lebih parah lagi di bidang komposit misalnya Teknologi Pendidikan yang perlu banyak ilmu dan pengertian khusus, misalnya prinsip-prinsip untuk memilih teknologi yang tepat untuk menjamin pembelajaran yang paling efektif. Kalau dosennya tidak memiliki ilmu ini beliau biasanya menggunakan teknologi seperti LCD terus dan mahasiswanya belajar secara pasif terus dan tidak diaktifkan dalam pembelajarannya (group-work, diskusi, investigasi, belajar secara mandiri, peer discussion, dll) - untuk apa membuat kelas akhirnya, mereka dapat membaca di rumah?

Jadi dosennya sendiri tidak mencontohkan teknik menggunakan teknologi pendidikan secara efektif dalam pengajaran. Yang mungkin lebih penting dosennya tidak menunjukan kreativitas atau mengajak kreativitas dan mengarah ke suap-suapan saja. Fiture-fitur seperti animasi dan film di dalam media hanya meningkatkan sifat pasif, bukan mengaktifkan pembelajaran.

Biasanya itu kegiatan belajar yang menggunakan teknologi yang sederhana, misalnya "pena" untuk mendemonstrasikan gravity yang harus diinvestigasikan oleh pelajar dan membuat laporan secara group yang paling efektif dibanding presentasi (termasuk animasi) di LCD, yang berbasis Asal Hafal Saja dan hanya menggunakan teknologi yang tidak menghadapi "multiple cognitive styles" yang adalah prinsip dasar Teknologi Pendidikan. Lebih baik kalau ingin menggunakan animasi dipakai setelah group-work untuk menkonsolidasikan pembelajaranya.

Re: "Pendidikan Guru TIK"
SDMnya sudah disiapkan dengan ilmu teknologi tetapi juga ilmu untuk mengajar secara efektif.

Salam Teknologi

Strategi Pengembangan TIK di Indonesia Menuju Kemandirian


Added: Wednesday, April 23rd 2008 at 12:28pm by artikelekoindrajit
Related Tags: technology, computers

2.5 / 0 ratings 

 
Pengantar
Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi primadona di era globalisasi saat ini. Tingginya kebutuhan dan penetrasi perangkat digital dalam berbagai aspek kehidupan manusia secara tidak langsung telah menciptakan sebuah industri raksasa di bidang teknologi digital yang melibatkan hampir seluruh bangsa-bangsa besar di dunia, dengan nilai bisnis yang dari hari ke hari meningkat secara eksponensial. Ragam hasil berbagai studi dan riset yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara perkembangan industri TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara - yang direpresentasikan dengan relasi atau kontribusi positif antara pertumbuhan industri TIK dengan peningkatan GDP (Gross Domestic Product) – semakin memperlihatkan betapa penting da base/lib/tiny_mce_3_0_4_1/themes/advanced/langs/en.js" type="text/javascript"> // --> n strategisnya peranan industri tersebut dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat suatu negara. Sehingga tidaklah heran jika mpir seluruh cetak biru pembangunan sebuah negara selalu meletakkan TIK sebagai salah satu pilar pembangunan yang penting untuk diperhatikan kinerjanya.

Sumber: International Data Center, 2006

Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia pun telah meletakkan TIK sebagai salah satu komponen penting pembangunan nasional[1]. Didirikannya Departemen Komunikasi dan Informatika di Indonesia - yang tugas utamanya adalah merencanakan, mengkoordinasikan, membangun, menerapkan, mengembangkan, memelihara, dan mengawasi pengembangan industri TIK di tanah air demi peningkatan kesejahteraan masyarakat - memperlihatkan keseriusan pemerintah dalam memposisikan dan mengelola TIK secara sungguh-sungguh. Adapun tantangan terbesar yang saat ini dihadapi oleh seluruh komponen bangsa adalah rendahnya tingkat akselerasi pertumbuhan TIK di tanah air, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara tetanggadi benua Asia lainnya. Rendahnya percepatan pertumbuhan ini secara relatif menurunkan tingkat daya saing nasional Indonesia dibandingkan negara-negara raksasa Asia seperti China, India, Jepang, Taiwan, dan Korea maupun negara-negara tetangga lainnya seperti Singapura dan Malaysia[2].

Tanda tanya besar yang kerap menghantui para praktisi TIK di tanah air adalah mengapa negara yang dahulu pernah menjadi salah satu pelopor dan pionir di bidang TIK di kawasan Asia Tenggara justru menjadi yang “terbelakang” di saat perkembangan industri TIK global sedang menemukan momentumnya (baca: masa keemasan)? Pertanyaan sederhana ini membutuhkan permenungan yang cukup manjang dan introspeksi yang cukup mendalam untuk menjawabnya. Namun dengan berpegang pada berbagai analisa dan hasil studi para pakar di bidang TIK, terutama dalam menjawab penyebab lambatnya pertumbuhan industri ini di tanah air, maka dapat disusun sebuah strategi ampuh untuk mengembangkan di Indonesia dalam rangka menuju kemandirian untuk meningkatkan daya saing bangsa.

Peluang Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Julukan dan postur Indonesia sebagai sebuah “Benua Kepulauan”[3] sebenarnya secara tidak langsung menggambarkan besarnya peluang bagi TIK untuk berkembang secara pesat. Mengapa demikian? Karena secara alami, negara dengan lebih dari 18,000 pulau ini pasti menghadapi kendala besar dalam hal berkomunikasi. Mengingat komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses mengalirnya informasi dari satu tempat (baca: source) ke tempat lainnya (baca: destination), maka jelas segala hal yang terkait dengan keteknologian informasi dan komunikasi menjadi mutlak diperlukan oleh negara kepulauan ini – “as information and communication become the problems of the archipelago, then the information and communication technology should be the part of solutions…”. Paling tidak terdapat 3 (tiga) peluang utama terkait dengan pengembangan dan implementasi TIK di Indonesia yang dipicu karena kondisi geografis yang unik tersebut.

Peluang pertama terkait dengan dibutuhkannya perangkat komunikasi lintas pulau yang dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hidup sehari-hari, baik untuk bekerja, beraktivitas, berorganisasi, berkoordinasi, maupun berinteraksi. Dapat dibayangkan betapa besar pasar dalam negeri yang dapat digarap hanya di sektor telekomunikasi ini. Ironisnya, dari sektor hulu ke hilir, mayoritas para pemain industrinya (baca: produsen) justru berasal dari negeri asing. Lihatlah bagaimana perangkat telepon genggam seperti Nokia, Sony-Ericson, Motorolla, dan Samsung merajai pasar dalam negeri – jauh mengungguli produk-produk telepon genggam lokal dalam negeri yang sebenarnya telah dapat diproduksi anak bangsa dengan kualitas yang cukup baik. Belum lagi di sektor penyedia jasa telekomunikasi dimana sebagian besar sahamnyatelah dikuasai oleh negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Kenyataan yang menggejala ini tidaklah perlu ditangisi atau diratapi, melainkan justru baik dijadikan sebagai cambuk dalam menyusun strategi ke depan yang lebih baik. Katakanlah saat ini sudah 20% penduduk Indonesia yang memiliki telepon genggam, hal tersebut berarti bahwa masih sekitar 80% populasi dalam negeri yang belum terjangkau oleh penetrasi perangkat digital ini. Melalui jalinan kerjasama antara perguruan tinggi yang memiliki program studi elektronika dan/atau informatika dengan divisi penelitian (baca: R&D) perusahaan-perusahaan telekomunikasi lokal, pastilah dapat dikembangkan produk telepon genggam dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia – dengan kemungkinan potensi ekspor ke negara-negara berkembang lainnya.

Peluang kedua tumbuh dari kenyataan bahwa kondisi geografis yang ada menyebabkan terciptanya lingkungan kehidupan yang sangat heterogen. Keberagaman suku, adat, dialek, agama, ras, dan budaya di tengah-tengah lingkungan yang subur untuk melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan, pertambangan, pelayaran, dan perdagangan ini secara langsung berakibat pada terciptanya beraneka kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam konteks TIK, hal ini berarti bahwa setiap daerah atau komunitas basis, pasti membutuhkan model aplikasi TIK yang berbeda-beda pula.
 

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006

Dengan berasumsi bahwa setiap kecamatan memiliki keunikan tersendiri, paling tidak pasti dibutuhkan lebih dari 5,000 variasi aplikasi e-business atau e-commerce yang perlu dibangun dalam abad moderen ini. Belum lagi jika berbicara masalah implementasi konsep e-government, dimana jika disandingkan dengan konsep otonomi daerah, paling tidak akan ada lebih dari 400 variasi aplikasi di Indonesia. Mengingat bahwa setiap varian merupakan sebuah sistem informasi yang dibangun oleh ratusan bahkan ribuan modul, maka dapat dilihat seberapa besar potensial industri perangkat lunak di tanah air. Apalagi jika janji Indonesia saat meratifikasi hasil WSIS di Jenewa benar-benar ingin terpenuhi[4], maka akan lebih banyak lagi pekerjaan rumah dalam negeri yang harus ditekuni untuk satu windu mendatang.

Potensi ini masih sebatas jika perspektif yang dipakai adalah aspek geografis. Jika yang dilihat dari perspektif lainnya, seperti domain industri vertikal misalnya, maka peluang yang dimaksud akan semakin luar biasa besarnya. Karena berdasarkan perspektif tersebut, paling tidak industri TIK harus berhadapan dengan beranekaragamnya kebutuhan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang disinyalir jumlahnya mencapai 4 juta usaha di seluruh wilayah tanah air. Atau jika berbicara aplikasi TIK bidang pendidikan seperti e-learning, maka 350,000 sekolah dasar hingga menengah umum yang dipadati oleh lebih dari 40 juta pelajar[5] dengan 4 juta guru atau pengajarnyamerupakan potensi pasar yang sudah ada di depan mata.

Peluang ketiga lahir dari kesepakatan bangsa ini untuk menjadikan Negara Kesatuan sebagai format final dari bentuk negara Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa ini. Komitmen ini berarti bahwa dibutuhkan sejumlah strategi “penyatuan” keberagaman yang ada agar dapat menjadi kekuatan besar yang bermuara pada meningkatknya daya saing bangsa. Dalam industri TIK, “persatuan dalam keberagaman ini” mengandung arti dibutuhkannya sejumlah komponen dan perangkat pendukung – seperti standar, mekanisme, prosedur, interoperabilitas, arsitektur, konten, infrastruktur, suprastruktur, organisasi, dan lain-lain – dalam tataran nasional. Kebutuhan yang bergerak secara dinamis ini menawarkan suatu pasar jasa-jasa di bidang TIK yang luar biasa potensi usahanya, karena akan sangat berkaitan erat dengan terbentuknya masyarakat berbasis pengetahuan atauknowledge-based economy yang menjadi salah satu sasaran nasional di masa mendatang.

Industri TIK yang terbentuk dari peluang ini berkisar pada jasa-jasa di bidang konsultasi, pelatihan, penelitian, pengalihdayaan (baca: outsourcing), penerapan, pengembangan, bahkan pengawasan yang keseluruhannya merupakan domain produksi berbasis sumber daya manusia (baca: pengetahuan), bukan sumber daya alam. Industri dengan value added tertinggi ini sesungguhnya dapat menjadi primadona implementasi TIK di tanah air jika benar mengelolanya. Potensi yang ada tidak perlu dipertanyakan, karena hampir setiap proyek atau bahkan event tertentu, merupakan peluang usaha tersendiri. Lihatlah ada berapa jumlah program atau proyek di kalangan pemerintahan dan/atau industri yang melibatkan komponen komputer atau informasi didalamnya, atau jadwal pelaksanaan pemilu maupun pilkada yang akan terus berjalan dari masa ke masa, atau hajatan-hajatan acara olah raga maupun seni tingkat nasional, daerah, maupun lokal yang tak berkesudahan, atau kesibukan menerima tamu-tamu internasional dalam rangka konferensi atau pun pariwisata, dan kejadian-kejadian sehari-hari lainnya. Selagi kejadian atau proyek atau program yang dimaksud membutuhkan informasi dalam pengelolaannya, maka di situ pula potensi pertumbuhan TIK mendapatkan momentumnya.

Kemandirian dalam Era Kompetisi Global
Pengertian kemandirian dalam konteks bernegara sering disandingkan dengan situasi dimana sebuah negara berhasil mengurangi atau bahkan menghilangkan sejumlah faktor ketergantungan nasib hidupnya yang berada di tangan negara lain atau entitas eksternal lain yang tidak dapat dipengaruhi. Dalam konteks globalisasi dewasa ini memang pengertian kemandirian agak sedikit bergeser mengingat sifatnya yang paradoksial dengan semangat kerjasama antar negara dalam kerangka perjanjian global. Namun paling tidak, bangsa yang mandiri – seperti layaknya sebuah keluarga – memiliki hak penuh dan kemampuan memadai dalam mengurusi kebutuhan hidup masyarakatnya sehari-hari, sebagai modal awal terselengaranya sebuah kedaulatan yang penuh. Dengan dimilikinya kondisi seperti ini, maka diharapkan ketergantungan atau campur tangan dari negara lain dapat diminimalisir sedemikanrupa. Dalam hubungannya dengan industri TIK, jelas terlihat adanya potensi kebutuhan (baca: demand) yang sangat besar di dalam negeri. Namun kondisi ini masih merupakan hitung-hitungan di atas kertas semata, karena pasar yang dimaksud masih merupakan potensi, yang belum dieskploitasi lebih lanjut menjadi peluang bisnis[6] yang nyata. Kondisi ini memperlihatkan suatu tantangan bahwa barang siapa yang berhasil melakukan proses “creating the demand” – yaitu memindahkan tingkat kebutuhan masyarakat akan TIK yang saat ini berada pada tataran periferi menjadi sesuatu yang berada dalam domain “kebutuhan pokok” – akan mendapatkan keuntungan yang besar. Di sinilah sebenarnya inti dari persaingan pada industri TIK berlangsung, yaitu antara:negara-negara luar dengan produk handal namun memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kondisi Indonesia, melawan produk-produk dalam negeri dengan kualitas standar namun sangat paham dengan situasi masyarakat sehari-hari. Ibaratnya pertarungan antara dua buah kesebelasan sepak bola, seharusnya tim tuan rumah sangat diuntungkan dengan kondisi tersebut – namun belum tentu yang bersangkutan dapat memenangkan pertandingan yang ada!

Dua buah domain ketersediaan di atas (baca: supply) merupakan suatu kenischayaan dalam era globalisasi. Situasi kemandirian dalam industri TIK – dimana diwarnai situasi produk TIK lokal dapat menjadi “tuan rumah di negeri sendiri” – tidak dapat dibangun semata-mata dengan menyerahkannya pada mekanisme pasar atau yang oleh Adam Smith dalam buku legendarisnya “The Wealth of Nation” diserahkan kepada invisible hand. Harus ada suatu usaha tambahan dari berbagai pihak pemangku kepentingan untuk dapat menciptakan situasi kemandirian yang dimaksud.

Pendekatan “Berangkat dari Akhir”
Salah satu pendekatan efektif yang biasa dipergunakan adalah mencoba membayangkan situasi akhir yang diinginkan oleh industri TIK di tanah air – tentu saja dalam konteks kemandirian yang dimaksud. Paling tidak, setengah atau mayoritas kebutuhan akan TIK – baik berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), maupun jasa-jasa (services)[7] – dapat dipenuhi dengan supply dari industri TIK lokal, atau yang bekerjasama dengan negara lain dengan proporsi komponen didominasi secara signifikan olehindustri dalam negeri. Hal ini hanya akan terjadi melalui dua cara: (i) dari segi kualitas, waktu, dan biaya, produk dan/atau jasa dalam negeri yang ditawarkan cocok/sesuai dengan kebutuhan yang ada[8]; atau (ii) ada kebijakan tertulis dari penguasa maupun komitmen tak tertulis dari komunitas untuk berpihak pada produksi TIK dalam negeri. Tentu saja kedua pendekatan tersebut ada trade-off nya masing-masing. Pendekatan pertama yang bersifat liberal akan mematikan industri TIK yang tidak bisa bersaing, sementara pendekatan kedua yang monopolistik akan mendapatkan sambutan negatif dari dunia global. Pada kondisi inilah diperlukan suatu terobosan strategi yang ampuh, yang sebenarnya dapat diciptakan melalui penggabungan kedua pendekatan terkait.

Keberpihakan terhadap industri dalam negeri di satu sisi, dengan tetap mempertahankan dan memperhatikan unsur kompetisi di pihak lain, dan tetap berada pada jalur koridor hukum maupun perjanjian global sering diistilahkan dengan pendekatan 3C (collaboration, competition, and compliance). Contohnya adalah sebagai berikut. Dari sisi compliance, industri TIK nasional tetap patuh pada aturan World Trade Organisation (WTO) atau pun perjanjian-perjanjian dagang bilateral maupun multilateral lainnya. Agar produk-produk dan jasa-jasa lokal dapat bersaing di dalam negeri, sudah saatnya pemerintah memperlihatkan “keberpihakannya” dengan cara memperhatikan secara khusus dan seksama beraneka ragam usaha-usaha komunitas masyarakat dalam berinovasi dan berkreasi. Hasil studiyang memperlihatkan adanya hubungan berbanding lurus yang positif dan signifikan antara penguasaan teknologi (TAI=Technology Achievement Index) dengan indeks perkembangan sumber daya manusia (HDI=Human Development Index) secara tegas mengatakan bahwa semakin sebuah bangsa menguasai teknologi, semakin pintar dan majulah rakyatnya. Dalam konteks collaboration, kerjasama antara ABG (baca: Academe-Business-Government) merupakan kunci penting keberpihakan stakeholder lokal akan produksi dalam negeri. Kerja keras membangun produk/jasa TIK yang tidak berkesudahan, alokasi sumber daya negara untuk mendukung riset dan pengembangan di bidang TIK, kampanye pentingnya TIK dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,promosi kehandalan produk-produk dalam negeri, merupakan sebagian usaha yang secara konsisten dan berkesinambungan harus dilakukan oleh semua pihak dalam suasana berkompetisi yang fair. Sementara dalam perspektif competition, suasana persaingan bebas harus dijaga sedemikian rupa dengan baik, karena selain persaingan sehat akan menghasilkan produk/jasa yang prima, tentu saja tindakan resiprokal negatif dari negara lain terhadap barang-barang ekspor Indonesia tidak pula diharapkan akan terjadi.

Sumber: Perbandingan Demand vs. Supply Industri TIK


Transformasi Potensi Pasar menjadi Industri Nyata
Hal utama yang harus dilakukan saat ini, adalah membuka domain industri TIK sebesar-besarnya dan seluas-luasnya. Penekanan kata “teknologi” lebih dari kata “informasi” maupun “komunikasi” secara tidak sadar telah membatasi potensi pasar yang sebenarnya jauh lebih besar. Seluruh pihak yang berkepentingan sudah saatnya melakukan kampanye besar-besaran yang secara esensial memberikan pengertian dan pendidikan kepada masyarakat, bahwa TIK bukanlah sebuah domain industri vertikal di bidang teknologi. TIK adalah suatu industri horisontal yang mewarnai pertumbuhan dan tingkat daya saing seluruh industri yang ada di tanah air, karena pada dasarnya “informasi” dan “komunikasi” merupakan sebuah “infrastruktur bisnis” atau “infrastruktur aktivitas” keseharian manusia. Atau dengan kata lain, untuk dapat meningkatkan daya saingnya, maka industri semacam:pertambangan, pertanian, manufaktur, perbankan dan keuangan, retail dan distribusi, kesehatan, perkebunan, transportasi, hotel dan pariwisata, pendidikan, dan lain-lain – harus melibatkan TIK dalam pengelolaan atau manajemen usahanya. Artinya adalah bahwa TIK bukanlah semata-mata “dimiliki” oleh segelintir perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan produk dan jasa TIK, namun merupakan domain karya seluruh industri yang ada. TIK sebagai kumpulan produk perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat jasa tidak akan memiliki arti apapun tanpa adanya konteks dan konten yang diciptakan oleh industri lain.

Dalam kaitan ini, jika masing-masing industri dapat memahami nilai tambah yang diberikan TIK bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan industri terkait, maka secara langsung pasar TIK akan terbuka sedemikian lebarnya, karena:
%uFFFD     Industri Kesehatan akan memerlukan aplikasi semacam Electronic Medical Record, Tele Medicine, Hospital Information System, Emergency Support System, Patient Identification Smartcard, Billing Management System, Integrated Insurance Management System, dan lain sebagainya;
%uFFFD     Industri Transportasi akan membutuhkan berbagai sistem terkait dengan Intelligent Traffic Control, Ticketing Management, Reservation Module, Cargo Management, dan lain sebagainya; 
%uFFFD     Industri Retail dan Distribusi akan sangat mengharapkan dapat dibantu dengan sistem seperti Inventory Management, Geographical Information System, Retail Management, Network Optimisation Module,  dan lain sebagainya;
%uFFFD     Industri Pendidikan akan meningkat daya saingnya melalui implementasi E-Learning, Computer Based Training Module, Integrated Academic Information System, Mobile Learning, Library Management System, Virtual Campus, dan lain sebagainya.

Belum lagi terhitung kebutuhan generik yang pasti dibutuhkan oleh setiap industri dalam usahanya untuk meningkatkan daya saing, seperti: Accounting Management System, VoIP-Based Communication Model, e-Procurement, Intranet and Extranet, Decision Support System, Management Information System, Centralised Datawarehouse,  dan lain-lain. Dengan terbukanya pasar dan kesadaran akan daya saing tersebut, nischaya industri TIK di tanah air akan berkembang dengan pesat.

Dimulai dari Pendidikan
Kebutuhan akan beragam sistem dan aplikasi tersebut akan bermuara pada diperlukannya sumber daya manusia (baca: SDM) yang handal dan berkualitas. Paling tidak menurut definisi United Nations, ada dua tipe manusia yang dibutuhkan dalam konteks TIK, masing-masing adalah: (i) IT Workers – yang merupakan kumpulan individu dengan kompetensi dan keahlian khusus di bidang TIK, dimana tugasnya adalah melahirkan dan mengimplementasikan portofolio produk dan jasa TIK terkait; dan (ii) IT-Enabled Workers – yang merupakan kumpulan para pengguna (baca: users) TIK di bidang aktivitasnya atau aspek kehidupannya masing-masing. Darimana dapat dihasilkan SDM dengan kapabilitas seperti ini?Jawabannya ada pada sektor pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal.
Dengan target memenuhi komitmen pada tahun 2015 yaitu paling tidak 50% penduduk Indonesia dapat “melek internet” atau “melek TIK”[9], maka ada pekerjaan rumah besar yang harus diekerjakan oleh sektor pendidikan di tanah air, yaitu mendidik paling tidak 1 juta individu per bulan agar dapat memiliki keterampilan dalam menggunakan TIK untuk mendukung kehidupan sehari-hari.

Sumber: APJII dan APTIKOM, 2006

Sumber: Cetak Biru SDM Telematika (Depkominfo), 2006


Alasan lain mengapa harus melalui sektor pendidikan adalah karena segala strategi di atas, mulai dari keberpihakan untuk menciptakan kemandirian, kemampuan untuk mengembangkan pasar, hingga keterkaitan akan pemanfaatan teknologi dengan peningkatan Human Development Index hanya akan terjadi jika ada perubahan paradigma atau pola pikir dari setiap komponen masyarakat – mulai dari pemerintah sebagai penguasa hingga masing-masing individu sebagai bagian dari komunitas – mengenai pentingnya “informasi” dan “komunikasi” dalam setiap aspek kehidupan di era globalisasi ini. Tanpa adanya kemampuan sektor pendidikan dalam melakukan perubahan pola pikir atau “cuci otak” ini, maka mustahil keseluruhan strategi di atas dapat berjalan secara efektif.

Strategi Implementasi Perubahan
Melakukan perubahan pola pikir bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, karena usaha tersebut membutuhkan komitmen yang kuat, berkesinambungan, dan persistence. Teori dan konsep perubahan mengatakan diperlukannya sejumlah pra-syarat utama agar dapat berhasil. Syarat pertama adalah visi atau “shared dream” yang jelas dari seluruh komponen bangsa, sehingga keseluruhan usaha yang ada dapat menuju ke satu arah yang sama[10]. Di sinilah fungsi leadership  yang selain bertanggung jawab untuk “menyatukan”visi, juga akan menjadi faktor akselerasi pertumbuhan TIK di tanah air. Syarat berikutnya adalah kemampuan atau skills  untuk melakukan usaha menuju arah yang dicita-citakan tersebut. Di sinilah peranan sektor pendidikan akan sangat jelas terlihat dalam implementasinya. Pra kondisi berikutnya adalah dibangunnya suatu lingkungan atau sistem yang kondusif bagi pelaku industri TIK untuk berkembang pada skala nasional, sehingga seperti layaknya fungsi pupuk pada tanaman – yang tidak boleh terlalu banyak namun tidak boleh terlampau sedikit takarannya – dapat menyuburkan industri yang dimaksud di berbagai aspek kehidupan manusia. Selanjutnya adalah komitmen untuk mengalokasikan sejumlah besar sumber daya yang dimiliki bangsa untuk “menyuburkan” sejumlah inisiatif nasional TIK yang kelak akan menjadi pemicu berkembangnya sektor-sektor TIK di domain industri lain[11]. Dan yang terakhir adalah dimilikinya peta jalan atau roadmap yang memadai, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

SDM Telematika Indonesia
Keseluruhan ide, inisiatif, dan strategi di atas pada akhirnya akan dan harus dijalankan oleh mereka yang memiliki pemahaman dan kompetensi di bidang TIK, yaitu para lulusan perguruan tinggi informatika yang ada di tanah air. Masalah klasik tidak terciptanya lingkungan “link and match” antara lulusan perguruan tinggi dengan industri sebagai pengguna juga terjadi dalam domain ilmu TIK. Jika di perguruan tinggi, domain ilmu informatika hanya sebatas pada ilmu komputer, teknik informatika, sistem komputer, manajemen informatika, sistem informasi, dan teknologi informasi – pada industri dikenal luas beraneka ragam profesi seperti system analyst, web developer, software engineer, database designer, network specialist, dan ratusan istilah lainnya. Hal ini mengandung arti bahwa para alumni perguruan tinggiinformatika di Indonesia harus mampu mengembangkan ilmu yang dimilikinya sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja atau industri. Dengan berbekal ilmu dasar yang telah diperoleh selama belajar di perguruan tinggi, ditambah dengan sikap positif, kemauan keras, kerja cerdas, dan berani bertindak, maka nischaya segala keinginan untuk membangun industri telematika mandiri di tanah air akan terwujud.
Suatu ketika dahulu Walt Disney pernah berkata: “if you can dream it, you can do it” – “jika anda dapat bermimpi, pasti pasti anda mampu mewujudkannya”.  Hal tersebut berlaku pula untuk generasi muda sekarang. Dimulai dari mimpi dan cita-cita, diikuti dengan tindakan nyata mengejar keinginan tersebut, sambil belajar dari pengalaman orang lain yang gagal maupun berhasil, dengan tanpa henti-hentinya berusaha untuk memberikan usaha terbaik di berbagai kesempatan, maka keberhasilan dapat dipastikan akan diraih.

Penutup
Akhirnya keseluruhan strategi yang dikembangkan dan dikemukakan di atas  hanyalah akan merupakan rencana belaka jika tidak dilakukan usaha untuk mengeksekusinya. Pepatah mengatakan “plan without an execution is merely a dream”  tetapi “execution without a plan can be a nightmare”. Indonesia memiliki mimpi. Mimpi untuk dapat kembali ke masa kejayaan dahulu, atau “back to the future”. Strategi jitu untuk menggapai mimpi menjadi bangsa yang mandiri di bidang TIK adalah segera “bangun dari mimpi” untuk bekerja keras dan bekerja cerdas, mewujudkan mimpi tersebut menjadi kenyataan.

Selamat memasuki dunia baru yang penuh dengan peluang dan tantangan. Semoga yang terbaik selalu menyertai kehidupan anda di masa mendatang…


[1] Rumusan ini untuk pertama kalinya disusun dan diajukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia dalam buku berjudul “Teknologi Informasi sebagai Pilar Pembangunan Bangsa” pada tahun 2003.
[2] Berbagai studi independen kerap menempatkan Indonesia pada ranking yang cukup rendah dalam berbagai aspek perkembangan industri TIK.
[3] The Encyclopedia of Britannica menjuluki Indonesia sebagai “the largest archipelago country in the world” yang oleh beberapa referensi diterjemahkan bebas menjadi “the archipelago continent”.
[4] Targetnya adalah bahwa pada tahun 2015, paling tidak 50% dari seluruh desa di Indonesia yang berjumlah lebih dari 62,000 itu harus terjaring atau memiliki koneksi ke internet.
[5] Sebagai catatan perbandingan, jumlah ini kurang lebih sama dengan total pelajar di seluruh benua Eropa.
[6] Pengertian kata “bisnis” di sini adalah proses atau aktivitas pertukaran barang atau jasa yang memiliki suatu nilai tertentu.
[7] Merupakan segmentasi industri TIK yang diadopsi oleh IDC (International Data Center) dalam berbagai laporan penelitiannya terhadap industri TIK di kawasan Asia Pasifik.
[8] Sesuai dengan prinsip dasar ekonomi dan bisnis yang mengacu pada pemilihan produk yang “cheaper, better, and faster”.
[9] Disandingkan dengan nuansa kata-kata “melek huruf” atau “melek baca tulis”, karena “buta huruf” dalam konteks dunia moderen diartikan sebagai “tidak memiliki kemampuan dalam mengakses dan memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari” atau yang kerap diistilahkan sebagai e-literacy.
[10] Walaupun setiap sektor menunjukkan kinerja yang baik di bidang TIK, belum tentu secara agregasi nasional menghasilkan pertumbuhan signifikan yang sama (ingat prinsip dalam ilmu fisika yang memperlihatkan bahwa hasil penjumlahan atau resultan dari beberapa vektor dapat sama dengan nol).
[11] Pemerintah melalui Dewan TIK Nasional (Detiknas) telah menetapkan 7 national flagships di bidang TIK sebagai fokus pengembangan berskala nasional.

DOA BUKA PUASA RAMADHAN

Doa buka puasa ramadhan, tapi doa niat puasa ramadhan sudah dilakukan kan? biar afdol doanya yang baik dan benar. untuk doa buka puasa ramadhan sebagai berikut:
doa buka puasa ramadhan

allahumma laka sumtu wa bika aamantu wa ‘alaa rizqika afthartu birahmatika ya arhamarrohimin.

Artinya:
“Ya Allah keranaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih “

JARINGAN LAN, MAN & WAN

LAN,,MAN,,WAN

1. Local Area Network (LAN)
Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor atau gedung. Secara garis besar terdapat dua tipe jaringan atau LAN, yaitu jaringan Peer to Peer dan jaringan Client-Server. Pada jaringan peer to peer, setiap komputer yang terhubung ke jaringan dapat bertindak baik sebagai workstation maupun server. Sedangkan pada jaringan Client-Server, hanya satu komputer yang bertugas sebagai server dan komputer lain berperan sebagai workstation. Antara dua tipe jaringan tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, di mana masing-masing akan dijelaskan.

LAN tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi komponen hardware dan software, yaitu :

  • Komponen Fisik Personal Computer (PC), Network Interface Card (NIC), Kabel, Topologi jaringan.
  • Komponen Software Sistem Operasi Jaringan, Network Adapter Driver, Protokol Jaringan.
    Jaringan ini disebut sebagai jaringan area, yaitu jaringan yang terbatas untuk area kecil, seperti pada lingkungan perkantoran di sebuah gedung, sekolah, atau kampus. Dalam jaringan LAN, terdapat satu komputer yang biasa disebut server, yang fungsinya adalah untuk memberikan layanan perangkat lunak (software), mengatur aktivitas jaringan dan menyimpan file. Selain server ada pula komputer lain yang terhubung dalam jaringan (network) yang disebut dengan workstation (client). Pada umumnya teknologi jaringan LAN menggunakan media kabel untruk menghubungkan komputer-komputer yang digunakan.

    LAN dapat dibedakan berdasarkan tiga karakteristik, yaitu ukuran, teknologi transmisi, dan topologinya. Teknologi transmisi yang bisa digunakan adalah transmisi kabel tunggal. Pada LAN biasa, kecepatan transmisi sekitar 10 – 100 Mbps (Megabit/second), dan faktor kesalahan kecil. Topologi yang digunakan biasanya topologi Bus, Star dan Ring.
GAMBAR : JARINGAN LA N
2. Metropolitan Area Network (MAN)

Jaringan ini lebih luas dari jaringan LAN dan menjangkau antar wilayah dalam satu provinsi. Jaringan MAN menghubungkan jaringan-jaringan kecil yang ada, seperti LAN yang menuju pada lingkungan area yang lebih besar. Contoh, beberapa bank yang memiliki jaringan komputer di setiap cabangnya dapat berhubungan satu sama lain sehingga nasabah dapat melakukan transaksi di cabang maupun dalam propinsi yang sama.
GAMBAR: JARINGAN MAN
3. Wide Area Network (WAN)

Jaringan ini mencakup area yang luas dan mampu menjangkau batas propinsi bahkan sampai negara yang ada dibelahan bumi lain. Jaringan WAN dapat menghubungkan satu komputer dengan komputer lain dengan menggunakan satelit atau kabel bawah laut. Topologi yang digunakan WAN menggunakan topologi tak menentu sesuai dengan apa yang akan digunakan. Topologi Jaringan (Bentuk Jaringan) Topologi Jaringan adalah gambaran secara fisik dari pola hubungan antara komponen-komponen jaringan, yang meliputi server, workstation, hub/Switch dan pengkabelannnya.

GAMBAR: JARINGAN WAN

Terdapat tiga macam topologi jaringan umum digunakan, yaitu Bus, Star dan Ring. Topologi Jaringan Topologi merupakan suatu pola hubungan antara terminal dalam jaringan komputer. Pola ini sangat erat kaitannya dengan metode access dan media pengiriman yang digunakan. Topologi yang ada sangatlah tergantung dengan letak geograpis dari masing-masing terminal, kualitas kontrol yang dibutuhkan dalam komunikasi ataupun penyampaian pesan, serta kecepatan dari pengiriman data.

a. Point to Point (Titik ke-Titik).

Jaringan kerja titik ke titik merupakan jaringan kerja yang paling sederhana tetapi dapat digunakan secara luas. Begitu sederhananya jaringan ini, sehingga seringkali tidak dianggap sebagai suatu jaringan tetapi hanya merupakan komunikasi biasa. Dalam hal ini, kedua simpul mempunyai kedudukan yang setingkat, sehingga simpul manapun dapat memulai dan mengendalikan hubungan dalam jaringan tersebut. Data dikirim dari satu simpul langsung kesimpul lainnya sebagai penerima, misalnya antara terminal dengan CPU.



Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)
Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)
Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)
Topologi jaringan Point to Point (Titik ke-Titik)


b. Star Network (Jaringan Bintang).

Dalam konfigurasi bintang, beberapa peralatan yang ada akan dihubungkan kedalam satu pusat komputer. Kontrol yang ada akan dipusatkan pada satu titik, seperti misalnya mengatur beban kerja serta pengaturan sumber daya yang ada. Semua link harus berhubungan dengan pusat apabila ingin menyalurkan data kesimpul lainnya yang dituju. Dalam hal ini, bila pusat mengalami gangguan, maka semua terminal juga akan terganggu. Model jaringan bintang ini relative sangat sederhana, sehingga banyak digunakan oleh pihak per-bank-kan yang biasanya mempunyai banyak kantor cabang yang tersebar dipelbagai lokasi. Dengan adanya konfigurasi bintang ini, maka segala macam kegiatan yang ada di-kantor cabang dapatlah dikontrol dan dikoordinasikan dengan baik. Disamping itu, dunia pendidikan juga banyak memanfaatkan jaringan bintang ini guna mengontrol kegiatan anak didik mereka.



Topologi jaringan Star Network (Jaringan Bintang)
Topologi Star Network (Jaringan Bintang)
Topologi jaringan Star Network (Jaringan Bintang)
Topologi jaringan Star Network (Jaringan Bintang)



c. Ring Networks (Jaringan Cincin)

Pada jaringan ini terdapat beberapa peralatan saling dihubungkan satu dengan lainnya dan pada akhirnya akan membentuk bagan seperti halnya sebuah cincin. Jaringan cincin tidak memiliki suatu titik yang bertindak sebagai pusat ataupun pengatur lalu lintas data, semua simpul mempunyai tingkatan yang sama. Data yang dikirim akan berjalan melewati beberapa simpul sehingga sampai pada simpul yang dituju. Dalam menyampaikan data, jaringan bisa bergerak dalam satu ataupun dua arah. Walaupun demikian, data yang ada tetap bergerak satu arah dalam satu saat. Pertama, pesan yang ada akan disampaikan dari titik ketitik lainnya dalam satu arah. Apabila ditemui kegagalan, misalnya terdapat kerusakan pada peralatan yang ada, maka data yang ada akan dikirim dengan cara kedua, yaitu pesan kemudian ditransmisikan dalam arah yang berlawanan, dan pada akhirnya bisa berakhir pada tempat yang dituju. Konfigurasi semacam ini relative lebih mahal apabila dibanding dengan konfigurasi jaringan bintang. Hal ini disebabkan, setiap simpul yang ada akan bertindak sebagai komputer yang akan mengatasi setiap aplikasi yang dihadapinya, serta harus mampu membagi sumber daya yang dimilikinya pada jaringan yang ada. Disamping itu, sistem ini lebih sesuai digunakan untuk sistem yang tidak terpusat (decentralized-system), dimana tidak diperlukan adanya suatu prioritas tertentu.



Topologi jaringan Ring Networks (Jaringan Cincin)
Ring Networks (Jaringan Cincin)
Topologi jaringan Ring Networks (Jaringan Cincin)
Ring Networks (Jaringan Cincin)
Topologi jaringan Ring Networks (Jaringan Cincin)
Ring Networks (Jaringan Cincin)


d. Tree Network (Jaringan Pohon)

Pada jaringan pohon, terdapat beberapa tingkatan simpul (node). Pusat atau simpul yang lebih tinggi tingkatannya, dapat mengatur simpul lain yang lebih rendah tingkatannya. Data yang dikirim perlu melalui simpul pusat terlebih dahulu. Misalnya untuk bergerak dari komputer dengan node-3 ke komputer node-7 seperti halnya pada gambar, data yang ada harus melewati node-3, 5 dan node-6 sebelum berakhir pada node-7. Keungguluan jaringan model pohon seperti ini adalah, dapat terbentuknya suatu kelompok yang dibutuhkan pada setiap saat. Sebagai contoh, perusahaan dapat membentuk kelompok yang terdiri atas terminal pembukuan, serta pada kelompok lain dibentuk untuk terminal penjualan. Adapun kelemahannya adalah, apabila simpul yang lebih tinggi kemudian tidak berfungsi, maka kelompok lainnya yang berada dibawahnya akhirnya juga menjadi tidak efektif. Cara kerja jaringan pohon ini relatif menjadi lambat.



Topologi jaringan Tree Network (Jaringan Pohon)
Topologi Jaringan Tree Network (Jaringan Pohon)
Topologi jaringan Tree Network (Jaringan Pohon)
Topologi Jaringan Tree Network (Jaringan Pohon)


e. Bus Network Konfigurasi

dikenal dengan istilah bus-network, yang cocok digunakan untuk daerah yang tidak terlalu luas. Setiap komputer (setiap simpul) akan dihubungkan dengan sebuah kabel komunikasi melalui sebuah interface. Setiap komputer dapat berkomunikasi langsung dengan komputer ataupun peralatan lainnya yang terdapat didalam network, dengan kata lain, semua simpul mempunyai kedudukan yang sama. Dalam hal ini, jaringan tidak tergantung kepada komputer yang ada dipusat, sehingga bila salah satu peralatan atau salah satu simpul mengalami kerusakan, sistem tetap dapat beroperasi. Setiap simpul yang ada memiliki address atau alam sendiri. Sehingga untuk meng-access data dari salah satu simpul, user atau pemakai cukup menyebutkan alamat dari simpul yang dimaksud.



Topologi jaringan Bus Network Konfigurasi
Topologi Jaringan Bus Network Konfigurasi
Topologi jaringan Bus Network Konfigurasi
Topologi Jaringan Bus Network Konfigurasi


f. Plex Network (Jaringan Kombinasi)

Merupakan jaringan yang benar-benar interactive, dimana setiap simpul mempunyai kemampuan untuk meng-access secara langsung tidak hanya terhadap komputer, tetapi juga dengan peralatan ataupun simpul yang lain. Secara umum, jaringan ini mempunyai bentuk mirip dengan jaringan bintang. Organisasi data yang ada menggunakan de-sentralisasi, sedang untuk melakukan perawatan, digunakan fasilitas sentralisasi



Topologi jaringan Plex Network (Jaringan Kombinasi)
Topologi Jaringan Plex Network (Jaringan Kombinasi)